Bel
alarmku berbunyi. Kring… kring… Kring…
“Aira,
bangun sayang,” panggil Bunda seraya menarik selimutku. Tepat pukul 04.00 itu
tandanya aku harus bangkit dari tempat tidurku. Karena hari ini adalah hari
pertamaku untuk masuk sekolah baru. Sekolah SMA yang selama ini aku
idam-idamkan. Hari ini aku mengikuti pra-MOS. Perasaan antara senang dengan
sekolah baru namun bingung nanti harus ngapain dan bawa apa.
Satu jam
pun berlalu, aku berangkat dari rumah tepat pukul 05.30 sekalian bareng sama
Ayahku karena memang sekolahku lumayan jauh. Tiba di sekolah, aku merasa
terdampar di suatu pulau di mana aku menjadi orang asing di sana, aku
sendirian, juga aku tak menemukan satu orang teman SMP-ku, entah ke mana
mereka. Aku pun langsung menuju ke aula. Ternyata aku termasuk golongan yang
ketinggalan, terpaksa deh aku mendapat barisan paling belakang. Setelah
perkenalan bla-bla-bla dari panitia OSIS. Kini giliran perkenalan dari
pendamping masing-masing kelas.
Tiba-tiba,
“Subhanallah. Apa ini? Kenapa aku begini?” Detak jantungku berdetak sangat
kencang. “Apakah orang itu yang membuat aku begini?” batinku seraya
memandanginya.
“Apakah ini rasanya jatuh cinta? Ah.. tidak, mungkin ini hanyalah cinta monyet yang kebanyakan orang-orang katakan itu,” Aku pun berusaha untuk melupakannya. Setelah pembagian kelas, aku ditempatkan di kelas X-A. Bertemu teman-teman baru dan … “Oh tidak, kenapa aku bertemu dia lagi? Cowok itu? Kenapa harus dia yang menjadi pendamping kelasku?”
“Apakah ini rasanya jatuh cinta? Ah.. tidak, mungkin ini hanyalah cinta monyet yang kebanyakan orang-orang katakan itu,” Aku pun berusaha untuk melupakannya. Setelah pembagian kelas, aku ditempatkan di kelas X-A. Bertemu teman-teman baru dan … “Oh tidak, kenapa aku bertemu dia lagi? Cowok itu? Kenapa harus dia yang menjadi pendamping kelasku?”
Sambil
menghela napas, “Ya Allah, aku tidak ingin jatuh cinta, berikan aku rasa cinta
di masa saat aku udah gede aja,” Harapanku semoga rasa ini akan musnah
secepatnya.
Dua hari
pra-MOS pun berlalu. Kini tantangan selanjutnya mengikuti MOS selama tiga hari
harus aku taklukkan. Banyak tugas dan peralatan yang harus aku bawa. Pada saat
hari terakhir pra-MOS, Kak Iva, Kakak pendamping kelasku meminta nomor
handphone anak satu kelas agar lebih mudah untuk tanya-tanya tentang tugas MOS.
Sementara itu, aku mendapat SMS dari nomor tak dikenal yang mengatas namakan,
“pendamping kelas X-A” aku pun langsung berpikir mungkin Kak Iva. Bahkan tak
terbesit sama sekali kalau ini nomornya orang itu. Itu pun aku abaikan.
Hari pun
berlalu dan kini aku masuk hari pertamaku MOS. Aku merasa seperti orang gila.
Tidaakk.. dengan topi, tas, kartu peserta yang semua dari barang bekas. Di
hari-hari MOS pun banyak tugas dan tugas yang membuat aku stress sampai
nangis-nangis. Demi tugas MOS ini pun aku rela untuk begadang dan tidur hanya
tiga jam sehari. Meskipun begitu, tapi aku merasa sangat terbantu dengan adanya
Kak Iva yang rela balesin SMS-SMS ku sampai larut malam.
Tiga hari
berlalu dan kini saatnya MOS terakhir, senang sekali rasanya. Tapi berhari-hari
bersamanya membuat aku mulai kagum sama dia dan… aku gak bisa ngelupain dia.
Sebut saja, Kak Fadil. Mulai dari pertemuan pertama yang membuat aku
tercengang. MOS kedua di saat tasnya berada di bangkuku. Dan MOS terakhir di
saat baksos, waktu itu ada ulat di bahuku, dia yang tahu dan mindahin langsung
dan gak ngaku kalau itu ulat. Mungkin dianya ingin aku gak kaget. Ahh… dan yang
membuat aku terkesima adalah, dia kelas 12 IPA program kelas internasional,
suaranya bagus, jago piano, jago basket, seorang muadzin, tinggi, de el el.
Gak tahu
kenapa, untuk itulah aku memutuskan bahwa aku telah jatuh cinta. Jatuh cinta
sama orang itu. Aku ingin hanya Allah dan aku yang tahu soal ini. Temen-temen
aku pun juga gak ada yang curiga soal ini. Pulang dari MOS rasanya seperti
berada di negeri Liberalis. FREE… aku pengen nonton tv bebas, SMS-an bebas,
fb-an bebas. Semua serba free. Aku pun langsung ambil handphone dan SMS Kak
Iva.
“kak, ini
Kak Iva kan?” Dua kata yang membuat aku terkejut berkejut-kejut.
“bukan
dek..”
“berarti
ini Kak Fadil?” Jawabnya.
“iya,
bener banget,” Seketika aku bingung, malu, ketawa, senyum-senyum, Semua ada.
Bingung dan malu aku bales apa. Ketawa karena dia balesnya lebay pake kata,
“bener banget”. Senyum-senyum karena ternyata yang selama ini aku ajak
cerita-cerita berarti Kak Fadil. Oh my dog, eh god, setelah itu pun aku aku
bener-bener gak berani SMS-an sama dia lagi.
Hari ini
aku mulai pelajaran wajarnya kelas 10 baru. Berbeda banget sama pelajaran SMP.
Memang sih, rasanya sedikit aneh,. Mulai sekarang harus belajar lebih giat dan
lebih bersikap dewasa karena memang sekarang bukan anak kecil lagi. Tak ku
sangka, setiap hari aku bertemu Kak Fadil. Hari demi hari selalu ketemu dia.
Tapi setiap berpapasan aku selalu cuek dan menunduk. Karena aku memang begitu,
aku takut dia bakal ngira bahwa aku orangnya sombong. Sebenarnya aku ingin
sekali menyapanya, tapi nyali aku belum bisa untuk menjadi satu. Menurutku dia
juga ingin menyapaku, tapi akunya yang selalu menunduk. Begitu juga di
facebook, kita hanya berteman tapi gak pernah saking kenal. Hanya bisa memandanginya.
Aku merasa
bosan pergi ke sekolah hanya untuk baca buku, dengerin guru, pulang. Aku butuh
sesuatu yang baru untuk ini. Aku pun tertarik untuk ikut suatu ekstrakurikuler
keilmiahan. Tanpa aku mengerti sebelumnya “kenapa selalu sama?” Dia ada di sini
bahkan dia menjadi ketua di ekskul ini. Dan mulai dari sinilah aku mulai
mengenalnya, aku berani senyum sama dia, aku mulai bicara sama dia, aku selalu
hadir hanya untuk bertemu sama dia. Aku mulai akrab sama dia, di sekolah di
facebook bahkan setiap hari SMS-an hanya untuk sekedar tanya kabar dan
basa-basi soal pelajaran.
Di hari
kumpul rutin ekskul, tiba-tiba dia memanggilku dan mengajakku untuk ikut suatu
lomba karya ilmiah di sebuah universitas. Aku bingung karena belum
berpengalaman soal lomba-lomba. Tapi dia memotivasiku untuk selalu untuk
optimis dan percaya diri, akhirnya aku pun mau. Berhari-hari aku mengerjakan
ini bersama dia, terkadang pun sampai rela pulang sore hari. Sampai tepat
deadline kami pun mengirim karya ini melewati e-mail dan menunggu 5 hari lagi
untuk presentasi, semua berjalan dengan lancar.
Sampai Kak
Fadil ke kelasku dan membawa kabar bahwa kami mendapat juara 2. Aku pun
langsung menjerit seketika dan senyam-senyum sendiri. Meskipun belum bisa
menjadi yang pertama, tapi aku sangat bangga dengan ini semua. Dan di saat
upacara hari senin, kita berdua dipanggil untuk mendapat penghargaan dari
sekolah dan menyerahkan piala kami untuk sekolah. Betapa bangganya hati ini,
hari paling bahagia di seluruh dunia ini. Tak akan pernah aku melupakan hal
ini. Hal-hal yang selama ini aku lakukan bersamanya sangatlah berkesan bagiku.
Mungkin bagi dia juga berkesan. Aku tak pernah berpikir bahwa Kak Fadil punya
rasa sama aku. Malah aku berpikir bahwa Kak Fadil telah menganggapku sebagai
partner atau mungkin adik. Aku telah mengikhlaskan hati ini. Mungkin yang
selama ini aku rasakan adalah kagum sama dia, bukan cinta sama dia.
Aku pun
kini telah semester 2 dan itu artinya Kak Fadil juga sudah saatnya untuk
mempersiapkan UN. Sekarang dia jarang kumpul ekskul dan tidak lagi menjadi
ketua. Jarang buka facebook, juga jarang ketemu dia. Aku pun memahami bagaimana
dia sekarang. Ketika dia menanyakan kabarku lewat SMS, aku hanya membalas,
“baik kak, sekarang waktunya Kakak fokus sama UN, kurangi hobi Kakak yang satu
ini. Oke! Semangat..” sejak itu aku gak pernah SMS dia juga gak pernah bales
SMS dia. Lama gak kontak sama dia sampai H-2 menjelang UN. Aku ketemu dia, aku
merindukannya, aku tak sanggup untuk memandangnya. Aku hanya berkata, “kak,
semangat buat besok. Jangan lupa berdoa” aku pun langsung meninggalkan dia. Aku
takut dia bakal pergi, dia bakal ngelupain aku. Aku takut itu.
UN pun
selesai. Ujian semester 2 pun telah aku lewati. Kini saatnya untuk farewell
party. Perpisahan dengan kelas 12. Semua orang bergembira dengan acara ini
tetapi tidak denganku. Meski kini aku sudah seperti dulu dengan Kak Fadil.
Rasanya aku bakal jauh dengan dia. Tiba-tiba handphone di dalam tasku bergetar,
aku mendapat pesan dari Kak Fadil.
“Ai, jangan pulang dulu. Pukul 3 aku tunggu di taman sekolah. Oke!” aku bingung apa maksud orang ini? Okelah aku turuti apa kata dia.
“Ai, jangan pulang dulu. Pukul 3 aku tunggu di taman sekolah. Oke!” aku bingung apa maksud orang ini? Okelah aku turuti apa kata dia.
Tepat
pukul 3 aku tiba di taman, tapi sekitar taman sepi. Ya udah deh, aku memutuskan
untuk pergi. Tiba-tiba Kak Fadil muncul dari taman. Aku pun terkejut. Batinku,
“ngapain coba orang ini?” Dia muncul dengan wajah berseri-seri dan berkata.
“Ai, sekarang aku anak mahasiswa. Kamu masih ingat dulu aku ingin ke mana? Teknik arsitektur, ITB. Aku keterima Ai…” Betapa gembiranya aku mendengar semua itu.
“Alhamdulillah kak, selamat ya! Cita-citamu tercapai. Aku turut senang mendengarnya. Betapa bangganya Ayah-Bunda kamu melihat kesuksesanmu dalam mencapai semua ini,”
“Makasih ya. Emm.. Ai, emm… tujuan aku ngajak ketemuan di sini. Sebenarnya aku, aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu mau..,”
“Ai, sekarang aku anak mahasiswa. Kamu masih ingat dulu aku ingin ke mana? Teknik arsitektur, ITB. Aku keterima Ai…” Betapa gembiranya aku mendengar semua itu.
“Alhamdulillah kak, selamat ya! Cita-citamu tercapai. Aku turut senang mendengarnya. Betapa bangganya Ayah-Bunda kamu melihat kesuksesanmu dalam mencapai semua ini,”
“Makasih ya. Emm.. Ai, emm… tujuan aku ngajak ketemuan di sini. Sebenarnya aku, aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu mau..,”
Deg.
Seketika aku langsung berbalik badan. Aku bingung apakah selama ini Kak Fadil
ada rasa sama aku.
“Ai..” dia
memanggilku lagi. Aku tak percaya selama ini Kak Fadil ada rasa denganku.
Bahkan aku juga pernah mendapat kabar burung bahwa Kak Fadil udah punya pacar
anak Semarang. Apakah ini semua takdir? Aku pun tak dapat berkutik sama sekali.
“Kak.. sebenarnya, sebenarnya aku telah lebih dulu menyukai Kakak dari awal pertemuan kita. Tapi… aku gak bisa untuk menjadi milik Kakak. Bukan karena aku milik orang lain kak, aku hanya tidak ingin yang namanya pacaran. Jodoh udah ditentukan sama Tuhan, dan kita belum saatnya memikirkan itu, kita harus memikirkan studi kita dulu. Dan sampai waktunya. Jika kita jodoh, kita akan bertemu lagi. Oke!!” jawabku seraya meneteskan air mata.
“Kak.. sebenarnya, sebenarnya aku telah lebih dulu menyukai Kakak dari awal pertemuan kita. Tapi… aku gak bisa untuk menjadi milik Kakak. Bukan karena aku milik orang lain kak, aku hanya tidak ingin yang namanya pacaran. Jodoh udah ditentukan sama Tuhan, dan kita belum saatnya memikirkan itu, kita harus memikirkan studi kita dulu. Dan sampai waktunya. Jika kita jodoh, kita akan bertemu lagi. Oke!!” jawabku seraya meneteskan air mata.
“Aku akan
menjadi orang paling bahagia di dunia ini jika kamu menjadi milikku, Aira. Itu
yang aku suka dari kamu, cara berpikirmu yang berlagak dewasa membuat aku kagum
sama kamu. Aku mengerti maksudmu. Tapi aku ingin kamu mengingat satu hal.”
“Apa kak?”
dengan wajah penasaran.
“Aku ingin
kamu mengingat bahwa aku menyukaimu, aku mencintaimu. Kamu harus menungguku
sampai aku menjadi orang sukses besok. Oke!!” Aku hanya tersenyum.
“Oke kak.
Aku akan menunggumu, jangan kecewakan aku. Aku mencintaimu selalu,” batinku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar