Apa
yang kau bayangkan ketika mendengar kalimat “Biola Tak Bertuan”, ya mungkin kau
akan berfikir Biola yang tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja. Ya benar
itulah aku, Aku hidup di dunia ini tanpa seorang Ayah dan juga Ibu. Ibuku telah
meninggal dunia ketika aku lahir, mungkin bisa dikatakan pertukaran hidup, Aku
lahir ke dunia ini sedangkan Ibuku pergi meninggalkan dunia, Ayahku entah ke
mana pergi begitu saja tidak bertanggung jawab hingga meninggalkan aku bersama
sang nenek.
Kenalkan
nama saya Lilis aku tinggal di sekitar Desa Padalarang! Sejak kecil Aku dirawat
dan diberi kasih sayang oleh nenek dari Ibuku. Namun kini semuanya telah
benar-benar berlalu ketika aku duduk di bangku II SD, nenek pergi meninggalkan
dunia ini karena tertabrak oleh motor saat hendak pergi ke pasar.
Setiap
malam ku selalu menangis merindukan keluarga-keluargaku yang perlahan-lahan
pergi meninggalkan seorang diri dan sekarang aku hidup sebatangkara yang tak
dipedulikan oleh pemerintah. Untungnya aku punya Bu Surti tetanggaku yang
berbaik hati untuk memberi makan setiap harinya. Bu Surti sampai saat ini belum
juga dikaruniai buah hati padahal sudah 10 tahun menikah bersama suaminya.
Karena alasan itulah yang membuatnya dia ingin untuk menjadikan aku sebagai
anak angkatnya.
Sekarang
aku sudah duduk di kelas VI di salah satu SD di kecamatan Padalarang, kebetulan
hari ini adalah hari Minggu jadi aku bisa bantu-bantu bu Surti untuk melakukan
pekerjaan rumahnya.
“Lilis…
Lilis…” panggil bu Surti dengan lembut
“Iya
ibu ada apa?” jawab aku sambil menuju dapur
“Lilis!
Ibu boleh minta tolong” pinta ibu
“Iya
bu, tolong apa” jawab aku lagi
“Tolong
belikan ibu telur, ibu mau buat nasi goreng untuk sarapan pagi ini! Bisa kan
Lis?”
“Oh
iya bu bisa! Ya udah, Lilis pamit ke warung ya”
“Iya
sayang hati-hati ya” ucap bu Surti
Sesampai
di warung…
“Bu,
beli telur 1” kata aku
“Eh
Lilis? ngapain kamu ke sini! Iih hush hush pergi, kamu itu anak haram ya Lis,
jadi kamu gak boleh ngingjek kaki di warung ini! paham???!” Kata bu Atika yang
punya warung
Aku
mulai menangis “Bu Atika, aku bukan anak haram bu! Aku punya ayah dan juga Ibu,
kenapa ibu jahat berkata seperti itu”
“Lilis?
Asal kamu tahu kamu itu hasil dari perzinahan orangtuamu, Ibumu sudah
mengandung kamu sebelum nikah” tegas Bu Atika yang membuatku sakit hati
Satpam
kampung tiba-tiba menghampiri kami
“Eleuh-eleuh
aya naon iyeu!” tanya mang Ujang satpam dikampung ini
“Bu,
saya bukan anak haram bu! Tak ada di dunia ini anak haram” ucap aku sambil
nangis
“Ah
tetep aja, sekali haram ya haram”
Mendengar
ucapan Bu Atika aku shock dan pingsan di tempat hingga dibawa ke rumah kembali,
Mang Ujang telah bercerita semuanya kepada Bu Surti.
“Sayang
kamu udah sadar” tanya bu Surti
“Tidakk,
aku bukan anak haram” aku menjerit
“Lilis
Lilis? Kamu kenapa” tanya ibu “Ibu aku bukan anak haram ibu” aku menangis
“Iya
Lis! DI dunia ini tidak ada satupun yang terlahir haram, tidak ada kata anak
haram, anak itu terlahir dengan suci! Yang haram adalah kedua orangtuamu telah
melakukan zina! tapi sekarang kamu doakan saja Ibumu semoga dia tenang di
Surganya ya Lilis sayang”
Tiba-tiba
aku melihat seperti cahaya di langit-langit kamarku
“Ibu
apakah itu ibu?” tanya ibu
“Ibuuuuu,
ibu yang tenang ya di surga! Semoga Allah mengampuni dosa-dosa masa lalumu”
Cahaya
itu menghampiriku
“Iya
Lilis, kamu jika merindukan Ibu! Ibu akan senantiasa berada di sini, di hatimu!”
Aku
tersenyum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar