Rafi
berjalan memasuki wilayah gedung sekolahnya dengan langkah penuh percaya diri.
Setelan seragam pramuka dipadukan dengan jaket jeans menjadi gayanya hari ini.
Ketika melewati lobby, ia menyapa teman-temannya dengan ramah dan dengan gaya
baratnya. “Hai guys!”
Sementara
di sisi lain, Rois sedang menatap bendera merah-putih yang terletak di samping
hutan sekolah dengan sejuta pikiran di kepalanya. Tak lama setelah itu, Rafi
berjalan melewati hutan sekolah sambil mengutak-atik ponselnya dan sesekali ia
menempelkan ponselnya itu ke telinganya untuk mendengar sebuah suara yang
keluar dari ponselnya itu.
Rafi
yang melihat Rois berdiri sendirian di depan bendera merah-putih segera
menghampirinya. “Ngapain, bro?” tanya Rafi dengan heran.
“Aku
sedang menatap bendera merah-putih kita.” jawab Rois santai.
Rafi
yang masih sibuk dengan ponselnya berkata “Wah, kemarin Greenleaf abis ngerilis
album rocknya nih!”
“coba
dengerin!” lanjut Rafi sambil mendekatkan ponselnya itu ke telinga Rois. Rafi
pun memutar lagu rock yang dimaksudnya tadi.
“Lagu
apa ini?” Rois yang tidak tahu-menahu tentang lagu itu bertanya pada Rafi. Rafi
pun mematikan putaran lagu itu dan menjauhkan ponselnya dari telinga Rois.
“Ini
lagu band terkenal, dari California.” jelas Rafi.
Rois
yang mendengar itu merasa heran dengan Rafi yang begitu menyukai hal-hal yang
berbau luar negeri. “Apa yang kamu bisa banggakan dengan band-band luar
negeri?” tanya Rois setengah kesal pada Rafi.
“Lagunya
keren, bro!” jawab Rafi bangga.
“Banyak
band-band di Indonesia. Band indi, band nasional, mereka semua sudah tembus
internasional. Bukankah band-band itu juga mempunyai potensi untuk go
internasional?” jelas Rois tak kalah bangga dengan Rafi.
“Seharusnya
kamu bangga dengan lagu-lagu nasional.” lanjut Rois.
“Ah
lagu nasional cuma bisa nyontek doang.” elak Rafi.
Lia
dan Vio tiba-tiba datang menghampiri Rafi dan Rois dari arah koridor kelas 11
dan menghentikan pembicaraan mereka.
“Hey,
Rois! Ngapain di sini?” tanya Lia pada Rois.
“Ini
aku lagi berbincang-bincang dengan Rafi.” jawab Rois.
“Mending
sekarang kita kerja kelompok aja.” usul Vio.
“Kerja
kelompok apa?” tanya Rois.
“Sejarah
peminatan, kan tugas kita belom selesai.” jelas Vio.
“Ohhh..”
jawab Rois seadanya.
“Raf,
kamu bisa ikut kelompok kami?” tanya Rois pada Rafi yang sedari tadi diam sejak
kedatangan Lia dan Vio.
“Kerja
kelompok? Ah lebih baik gue nonton konser.” jawab Rafi angkuh lalu meninggalkan
Rois, Lia, dan Vio. Mereka bertiga yang melihat tingkah Rafi hanya bisa
menggelengkan kepala.
Setelah
meninggalkan Rois, Lia, dan Vio, Rafi berjalan melewati koridor kelas 11 IPS
yang tampak sepi. Saat melewati salah satu kelas IPS, ia mendengar lagu
nasional yang diputar cukup keras dari dalam kelas tersebut. Rafi yang merasa
penasaran pun memasuki kelas tersebut, dan mendapati Fayaz yang duduk sendiri
di kelas sambil mendengarkan lagu yang didengar Rafi dari luar kelas tadi.
“Hai,
guys!'” sapa Rafi dengan gaya khasnya.
“Ini
lagu apa kok keren sekali?” tanya Rafi penasaran dengan lagu apa yang sedang
diputar oleh Fayaz.
Fayaz
yang menyadari kehadiran Rafi pun menjawab sapaan Rafi.
“Lagu
nasionalisme.” jawab Fayaz sambil menghadap ke Rafi.
“Judulnya
apa?” tanya Rafi lagi.
“Garuda
di Dadaku, dari band Netral.” “Coba kamu download, terus dengerin lagunya dari awal.
Keren deh.” lanjut Fayaz.
“Ohhh..”
jawab Rafi lalu segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana seragamnya. Rafi
pun mendownload lagu yang dimaksud Fayaz tadi.
“Ok.
Thanks ya, bro!” jawab Rafi lalu pergi meninggalkan kelas tersebut.
Rois,
Lia, dan Vio sedang berdiskusi sambil duduk-duduk di koridor kelas.
“Rek,
gimana ini? Tugas Sejarah Peminatan kita tentang bab Kebudayaan Indonesia yang
belum dikerjakan.” ujar Rois pada Vio dan Lia.
“Iya
nih, gimana ya ngerjainnya?” tanya Lia.
“Kita
ambil tema kebudayaan Indonesia yang di Jawa aja. Itu apa saja contohnya?”
tanya Rois.
“Tari,
upacara adat, apalagi ya?” Lia tampak sangat antusias.
“Kalo
tari kan ada tari Remo. Upacara adat ada upacara Panggih Manten.” kata Vio.
“Tari
Pendet juga tuh.” kata Lia.
“Tari
Pendet itu dari Bali!” protes Vio dan Rois serentak. Lia yang mengetahui
kelalaiannya hanya menyengir.
“Gimana
kalo kita bagi tugas aja. Kalian berdua yang cari artikel, aku yang cari
foto-fotonya.” ucap Rois pada Lia dan Vio.
“Ya
udah gitu aja deh, biar cepat selesai.” kata Vio.
Di
koridor kelas bagian ujung, Rafi sedang duduk sendirian sambil mengutak-atik
ponselnya.
“Hai,
Bro!” Arya teman Rafi yang sama-sama menyukai hal-hal berbau luar negeri
menghampiri Rafi.
“Hei!”
jawab Rafi.
Arya
pun duduk di samping Rafi. “Gimana soal liburan ke California? Jadi kan?” tanya
Arya sambil memegang pundak Rafi.
“Ya
jadi lah, bro!”
“Ok.
Gue bilang ke mama gue buat transfer uangnya sekarang.” ujar Arya lalu
melepaskan tangannya dari pundak Rafi.
“Ok.
Kalo gitu ayo sekarang kita pulang!” Rafi dan Arya pun bangkir dari duduknya
lalu berjalan keluar dari koridor.
“Jadi,
deadline tugasnya kapan nih?” tanya Lia pada Vio dan Rois.
“Nanti
malam, kirim lewat email aku aja.” jawab Rois memtuskan.
Saat
itu juga, Rafi dan Arya berjalan melewati mereka.
“Kalian
mau ke mana?” pertanyaan dari Vio menghentikan langkah Arya dan Rafi.
“Ini
sama Arya, mau nyiapin perlengkapan liburan ke California buat weekend besok.”
jelas Rafi.
Lia
yang merasa bingung dengan Rafi dan Arya yang tiba-tiba mempuyai rencana
liburan ke luar negeri minggu ini pun bertanya pada Rafi. “Ngapain liburan ke
luar negeri?”
“Ya
nonton konser rock, bro.” jawab Rafi dengan sombongnya.
“Emang
apa yang bisa kamu banggakan dengan budaya luar negeri?” Rois buka suara.
“Kalo
soal liburan, di Indonesia banyak tempat-tempat yang keren. Seperti contohnya,
ada pulau Raja Ampat yang lagi naik daun sekarang ini, ada pulau Bali yang
sudah mendunia, dan juga pulau Lombok yang terkenal dengan viewnya yang
terkenal.” lanjut Rois menjelaskan betapa banyaknya tempat wisata di Indonesia
yang kebih keren dibandingkan dengan tempat wisata di luar negri.
“Pulau
Komodo juga keren tuh. Bisa ketemu Komodo secara langsung di habitatnya.”
celetuk Lia.
Rafi
yang mendengar penjelasan dari Rois dan Lia pun segera mengambil ponselnya yang
ada di saku celana, lalu ia mulai mencari informasi nama-nama pulau yang tadi
disebutkan oleh Lia dan Rois.
“Wah..
Ternyata di negara kita banyak ya tempat wisata yang keren jika dibandingin
dengan tempat wisata di Luar negeri. Ke mana aja gue selama ini?” ujar Rafi
takjub setelah melihat hasil foto-foto dari ponselnya mengenai pulau-pulau
tadi.
“Ya
udah, Arya, kita ubah tempat liburannya aja.” lanjut Rafi bicara kepada Arya.
Keesokan
harinya.
Rafi
dan Arya berjalan di hutan sekolah menghampiri Rois, Lia, dan Vio yang sedang
berbincang-bincang di gazebo.
“Heh
rek, ayo melok aku!” ujar Rafi dengan semangat. Sementara Lia dan Rois merasa
heran dengan gaya bicara Rafi yang sudah berubah total.
“Ke
mana?” tanya Vio penasaran. Tanpa pikir panjang, Rois, Lia, dan Vio memutuskan
untuk mengikuti Rafi dan Arya yang sudah berjalan lebih dulu.
Ternyata,
tujuannya adalah letak bendera merah-putih yang berada di samping hutan
sekolah. Mereka pun bebaris 1 shaf di depan bendera merah-putih. Rois, Lia, dan
Vio bingung apa yang dimaksud oleh Rafi dan Arya.
“Seluruhnya,
hormat.. Gerak!” ujar Rafi lantang lalu ia pun hormat pada bendera merah-putih.
Arya, Rois, Lia, dan Vio pun mengikut Rafi. Mereka hormat dengan khidmat pada
bendera pusaka kita, bendera merah-putih. Rois. Lia, dan Vio menyadari apa
maksud Rafi mengajaknya menghadap bendera merah-putih.
Rafi
dan Arya sekarang telah mencintai kembali negaranya, negara Indonesia, mereka
berdua tidak lagi menggunakan gaya bahasa barat dalam kehidupan sehari-hari
sejak mereka sadar bagaimana negara Indonesia yang jauh lebih seperti surga
jika dibandingkan dengan negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar