Senin, 26 Desember 2016

Hakikat Menulis

      Menulis arti pertamannya ialah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti yang sama seperti mengarang (The Liang Gie, 2002: 3). 

        Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentukbahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Mathedu Unila, (http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/ pengertian-menulis.html).

         Menulis dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Suparno, 2006: 1.3). 

              Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman, dan penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya. Kemampuan orang memakai bahasa tulis sebagai wadah, alat, dan media untuk memaparkan isi jiwa serta pengalaman disebut kemampuan menulis (M. Silitonga dkk, 1984: 9). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (H.G. Tarigan, 2008: 3). Menulis juga diartikan sebagai suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan (Widyamartaya, 1991: 9). Sementara itu Lado (1979:143) dalam buku H.G. Tarigan yang berjudul Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (2008: 22) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

               Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu kepada pendapat Suparno (2006) yang menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

                Selain itu, agar penyampaian pesan itu dapat diterima dan dipahami oleh pembaca, ada beberapa hal yang perlu dikuasai oleh seseorang (penulis), yaitu:
a. Menguasai isi karangan, yaitu kemampuan untuk menguasai ide atau gagasan yang dikemukakan;
b. menguasai bentuk-bentuk karangan, yaitu kemampuan menyusun dan menyajikan isi karangan;
c. menguasai tata bahasa, yaitu menguasai tata bahasa, bentuk-bentuk tata bahasa, dan pola kalimat;
d. menguasai gaya bahasa, yaitu kemampuan menulis struktur dan kosa kata untuk memberikan nada dan warna tertentu dalam karangan;
e. Menguasai ejaan atau tanda baca, yaitu kemampuan menggunakan tata cara penulisan yang sesuai dengan kaidah dalam bahasa (Amran Halim, 1984:100).

Tujuan dan Fungsi Menulis

             Setiap kita akan melakukan sesuatu hal, tentu kita memiliki tujuan tertentu mengapa hal itu kita lakukan. Begitu pula dengan kegiatan menulis. Pada dasarnya menulis bertujuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan maksud kepada orang lain secara jelas dan efektif. Setiap tulisan memiliki tujuannya masing-masing, namun secara umum Tarigan (2008) mengemukakan tujuan menulis yaitu:
a) memberitahukan atau mengajar;
b) meyakinkan atau mendesak;
c) menghibur atau menyenangkan;
d) mengutarakan atau mengekspresikan perasaan atau emosi yang berapi-api.

           Kegiatan yang kita lakukan pada akhirnya pasti akan mamiliki fungsi tersendiri baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain, sama halnya dengan kegiatan menulis. Fungsi menulis diantaranya yaitu:
1) memperdalam suatu ilmu dan penggalian hikmah-hikmah pengalaman;
2) membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide, dan pengalaman hidupnya;
3) bisa mengembangkan hidupnya dan ilmu pengetahuan serta idenya yang berguna bagi masyarakat;
4) untuk meningkatkan prestasi kerja serta memperluas media profesi;
5) memperlancar mekanisme kerja serta masyarakat intelektual, dialog ilmu pengetahuan dan humaniora, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai humaniora tersebut (Widyamartaya, 1991: 130).

Ragam Tulisan atau Karangan

Suparno dalam bukunya Keterampilan Dasar Menulis (2006) mengklasifikasikan karangan menjadi lima bagian sebagai berikut.

1. Deskripsi (Pemerian)
Deskripsi adalah ragam karangan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.

Contoh 1
Kuamati penampilanku sendiri pada cermin besar itu. Tampak di sebrang kaca, seorang pemuda berwajah kasar, sepasang mata menyala-nyala, bergairah, tapi dalam lingkungan roman muka yang...ya, siapa pun tidak perlu berkhayal terlalu jauh untuk mampu menemukan persamaannya dengan moncong seekor anjing Buldog. Tidak itu saja, tubuh yang kukuh kekar, pendek berotot, lengan dengan bisep bak paha pemain sepak bola, dada bidang, menambah-nambah imajinasi orang yang melihatnya, bahwa aku ini tak ubahnya seperti seekor anjing buldog. (Pandir Kelana, Suro Buldog Orang Buangan Tanah Merah dalam Suparno,
2006).

Kutipan di atas menggambarkan fisik tokoh aku dalam Suro Buldog Orang Buangan Tanah Merah yang memiliki kemiripan wajah dan kekekaran tubuh dengan anjing Buldog.

2. Narasi (Penceritaan atau Pengisahan)
Narasi adalah ragam karangan yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk karangan ini dapat kita temukan misalnya pada karya prosa atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan sesuatu hal.

Contoh 2
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin yang kencang. Ingin rasanya ia lari keluar kelas, meningkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang Keluarga Kami yang Bahagia, Liburan ke Rumah Nenek, dan Ibu. Sandra memendang Ibu Guru Tati dengan benci. (Kiftiawati Sulistyo, 2006: 64)

3. Eksposisi (Paparan)
Eksposisi adalah ragam karangan yang dimaksudkan untuk menerangkan,menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya.

Contoh 3
Di wilayah tersebut dibangun rumah mewah dan rumah sederhana. Rumah mewah ialah rumah yang menyediakan fasilitas lengkap dengan bahan bangunan yang berkualitas, sedangkan, rumah sederhana tidak dilengkapi dengan fasilitas dan bahan bangunannya berkualitas rendah. (Susi Lestiyorini, 2008: 250)

4. Argumentasi (Pembahasan atau Pembuktian)
Argumentasi adalah ragam karangan yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Corak karangan seperti ini adalah hasil penilaiaan, pembelaan, dan timbangan buku.

Contoh 4
Alat komunikasi utama untuk mengantarkan pengetahuan ialah bahasa, baik lisan maupun tulisan. Penemuan-penemuan baru dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan perlu diumumkan dalam bentuk tulisan (bahasa tulis) yang dapat dipahami oleh pembacanya tanpa menimbulkan keraguan penafsiran, betapapun taraf ilmu yang hendak dikomunikasikan, bahasa pengantarnya harus mampu mengemukakan setiap pengertian mengenai ilmu itu tanpa menimbulkan adanya kemungkinan penafsiran ganda. Bahasa pengantar itu harus memenuhi syarat dan pemakainya juga harus menguasai penggunaan semua kaidah bahasa pengantar itu dengan sebaik-baiknya. Oleh karna itu, bagi penguasaaan dan pengembangan ilmu pengetahuan itu terlebih dahulu kita perlu menguasai seluk-beluk bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi. (Suparno, 2006: 5.57)

5. Persuasi
Persuasi adalah ragam karangan yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta. Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan si penulis itu benar. Contoh karangan ini adalah propaganda, iklan, selebaran, atau kampanye.

Contoh 5
Kecantikan wajah adalah sebuah karunia. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda jangan coba-coba bereksperimen dengan berbagai macam kosmetik yang belum terbukti kualitasnya. Selama lebih dari 30 tahun, Viva Cosmetics telah membuktikan keunggulannya dalam merawat wajah wanita Indonesia. Dan memang hanya Viva Cosmetics yang memiliki formula paling sesuai untuk kulit wajah wanita daerah tropis. Bila produk-produk perawatan wajah Viva Cosmetics begitu menghargai kecantikan wajah Anda, tidakkah Anda menghargai kecantikan wajah Anda sendiri? (Suparno, 2006: 5.60)


         Brooks dan Warren, berdasarkan bentuknya, membuat klasifikasi sebagai berikut.
1. Ekposisi yang mencakup:
    a) komparasi dan kontras;
    b) ilustrasi;
    c) klasifikasi;
    d) definisi;
    e) analisis.
2. Persuasi.
3. Argumentasi.
4. Deskripsi (Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2008: 29).

          Berdasarkan bentuknya, Weayer juga membuat klasifikasi sebagai berikut.
1. Eksposisi yang mencakup:
    a) definisi;
    b) analisis.
2. Deskripsi yang mencakup:
    a) deskripsi ekspositori;
    b) deskripsi literal.
3. Narasi yang mencakup:
    a) urutan waktu;
    b) motif;
    c) konflik;
    d) titik pandangan;
    e) pusat minat.
4. Argumentasi yang mencakup:
    a) induksi;
    b) deduksi (Weayer dalam Tarigan, 2008: 28).

Menyimak Sebagai Suatu Poses

      Komunikasi memiliki makna hubungan. Komunikasi antarmanusia dapat diartikan sebagai hubungan antarsesama dengan cara mengirim dan menerima pesan dengan menggunakan alat berupa bahasa. Di dalam kegiatan komunikasi itu, manusia menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada mitra bicaranya. Pengirim atau penyampai pesan, pikiran/ide/gagasan itu disebut komunikator, sedangkan penerima pesan disebut komunikan. Dengan kata lain, penyampai pesan atau pembicara disebut komunikator dan penerima pesan atau penyimak disebut komunikan.  

      Banyak orang berpendapat bahwa menyimak merupakan kegiatan yang bersifat pasif. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa fisik seseorang yang sedang menyimak tidak menunjukkan kegiatan yang aktif atau melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh. Ini merupakan suatu pandangan yang keliru bila menafsirkan suatu kegiatan yang bersifat aktif dengan cara memandang ada atau tidaknya suatu gerakan fisik yang tampak. 

        Suatu kegiatan dikatakan aktif sebenarnya didahului oleh kegiatan mental. Fisik seseorang bergerak juga didasari oleh kegiatan mental tersebut. Seorang anak yang kurang menggerakkan anggota badannya, tetapi dia cerdas, tidak dapat dikatakan bahwa dia seorang anak yang pasif. Jadi, bila ada siswa Anda yang sedikit sekali menggerakkan anggota badannya jangan memvonis bahwa siswa tersebut pasif walaupun tidak berarti boleh membiarkan hal itu terus berlangsung. 

         Demikian pula halnya dengan kegiatan berbahasa. Dalam menyimak dan membaca, seseorang memang tidak dituntut untuk mengaktifkan psikomotornya, tetapi bukan berarti aspek-aspek mentalnya pun tidak ikut aktif. Dalam memahami pesan yang disimaknya, penyimak harus mengaktifkan syaraf-syaraf otak dengan sungguh-sungguh untuk mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan yang ada dan menghubungkannya dengan bahan simakan sehingga dapat menangkap pesan yang disampaikan pembicara. Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi yang disertai dengan usaha memahami. Ini berarti bahwa menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan yang pada akhirnya penyimak memperoleh hasil dari apa yang disimaknya. 

       Uraian di atas menunjukkan bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan yang memerlukan proses karena dalam proses menyimak minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami, dan menafsirkan. Dengan demikian, menyimak dapat dipandang sebagai kegiatan mental. Itulah sebabnya menyimak dikatakan bersifat aktif-reseptif. 

         Sehubungan dengan menyimak sebagai suatu proses, para ahli umumnya sependapat bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang memerlukan proses. Loban dkk., dalam Tarigan (1986) membagi menyimak atas 3 aspek, yaitu comprehending (memahami), interpreting (menginterpretasikan), dan evaluating (menilai atau mengevaluasi). 

       Sedangkan Logan, dkk. (1972:39) membagi tahap-tahap menyimak menjadi 4 sebagai berikut. 
1. Hearing (mendengar). 
2. Understanding (memahami). 
3. Evaluating (menilai). 
4. Responding (mereaksi). 

       Ahli lain, yaitu Morris (1964: 701 -702) membagi proses menyimak menjadi 5 tahap sebagai berikut. 
1. Hearing (mendengar). 
2. Attention (perhatian). 
3. Perception (menafsirkan). 
4. Evaluation (menilai). 
5. Response atau reaction (mereaksi). 

      Penjelasan tahap-tahap menyimak tersebut dapat dirangkum, seperti berikut ini. 
1. Tahap Mendengar 
Pada tahap ini penyimak baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran-ujaran atau pembicaraannya.
2. Tahap Memahami 
Setelah ujaran-ujaran masuk ke telinga, penyimak berusaha untuk memahami isi ujaran atau pembicaraan dengan cara mengolah bunyi-bunyi bahasa menjadi satuan bahasa yang bermakna. 
3. Tahap Menginterpretasi 
Setelah penyimak memahami makna ujaran pembicara, penyimak berusaha untuk menafsirkan isi atau maksud pembicaraan. Apakah ujaran bermakna tersurat atau ada makna tersirat di balik ujaran-ujarannya. Jelasnya penyimak mengerti makna dan maksud yang terkandung dalam pembicaraan tersebut 
4. Tahap Mengevaluasi 
Tahap menginterpretasi atau menafsirkan dilanjutkan dengan tahap menilai atau mengevaluasi. Penyimak yang baik tidak asal menerima apa-apa yang disimaknya, tetapi dia akan menilai di mana keunggulan dan kelemahan, kebaikan, dan kekurangan sang pembicara sehingga pesan, gagasan, atau pendapat pembicara dianggapnya pantas untuk diterima atau harus ditolaknya. 
5. Tahap Menanggapi 
Tahap menanggapi merupakan tahap yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Di sini, penyimak mulai menggunakan kesempatan untuk berganti peran dengan pembicara. Pada tahap ini, penyimak mengungkapkan hasil akhir dari kegiatan menyimaknya. Penyimak akan mengatakan setuju atau tidak setuju atas isi pembicaraan yang diujarkan pembicara.

      Untuk sampai pada tahap menyimak yang lebih tinggi tingkatannya. Michael Rost (1991: 4 - 5) menuliskan bahwa seorang penyimak harus memiliki kemampuan sebagai berikut. 
1. Membedakan bunyi-bunyi. 
2. Membentuk suku-suku kata menjadi kata. 
3. Mengidentifikasi kelompok-kelompok kata. 
4. Mengidentifikasi unsur-unsur pragmatik, seperti ekspresi, teman bicara, tempat, waktu, dan tujuan. 
5. Memperhatikan aspek-aspek linguistik dan paralinguistik (intonasi atau tekanan) dan aspek-aspek di luar linguistik. 
6. Memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan dengan isi ujaran yang sedang disimak sehingga dapat memprediksi dan menangkap makna dengan tepat. 
7. Memahami kata-kata dan gagasan atau ide-ide pokok yang disampaikan secara tersurat maupun tersirat. 

        Lebih lanjut Rost menjelaskan bahwa seseorang dikatakan berhasil dalam menyimak jika dia mampu menghubungkan/menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut. Kemampuan di atas dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut. 
1. Kemampuan memahami. 
2. Kemampuan menganalisis. 
3. Kemampuan mengidentifikasi.

      Kemampuan-kemampuan tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

   Gambar 1.7

         Masih dalam pembahasan menyimak sebagai suatu proses, Tarigan memberi penjelasan sebagai berikut. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan/proses menyimak akan menggunakan paling sedikit 3 kemampuan. Pertama, kemampuan memusatkan perhatian. Kemampuan ini digunakan untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang sudah diidentifikasi ini perlu ditafsirkan dengan menggunakan kemampuan kebahasaan (linguistik), kemampuan ini merupakan kemampuan kedua yang harus dimiliki seorang penyimak. Sesudah menafsirkan makna, makna tersebut perlu diuji atau dipertimbangkan. Dalam menguji dan mempertimbangkan makna, penyimak perlu memiliki kemampuan ketiga, yaitu kemampuan menilai atau memverifikasi. Apabila proses ini selesai maka sampailah pada kemampuan terakhir, yaitu menentukan sikap, menolak atau menerima makna yang terkandung dalam bunyi-bunyi bahasa tersebut yang telah membentuk menjadi gagasan yang utuh dan bermakna.

         Dalam hal ini Sabarti (1992: 149) menjelaskan bahwa untuk melakukan kegiatan menyimak, seseorang perlu memiliki sejumlah kemampuan. Kemampuan-kemampuan itu digunakan sesuai dengan aktivitas menyimak. Pada saat mendengar dan menangkap bunyi bahasa, penyimak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian dan kemampuan menangkap bunyi bahasa. Di samping itu, penyimak juga harus memiliki kemampuan linguistik yang memadai sesuai dengan bahan atau materi yang disimak.
   
          Dari seluruh uraian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menyimak, penyimak perlu memiliki kemampuan: 
1. memusatkan perhatian; 
2. menangkap bunyi; 
3. mengingat; 
4. linguistik;
5. nonlinguistik; 
6. menilai.

Kamis, 24 November 2016

GIAT MEMBACA MENJADIKAN DIRI GEMAR MENULIS

Pada era modern ini masyarakat Indonesia harus diakui masih sangat kuat dalam tradisi berbicara. Kita lebih senang mengobrol ke sana ke mari daripada membaca dan menulis. Dengan demikian, waktu terus berjalan, tapi tidak banyak pengetahuan baru yang bisa diserap.

Membaca merupakan sesuatu kegiatan yang erat kaitannya dengan menulis. Jika membaca adalah proses membuka jendela dunia, melihat wawasan yang ada dan menjadikannya sebagai khazanah pribadi, maka menulis adalah proses menyajikan kembali khazanah tersebut kepada masyarakat luas. Anda bisa menggabungkan sebuah khazanah dengan khazanah yang sudah dimiliki sebelumnya.

Banyak dari kita ingin menulis sesuatu tetapi dengan terbatasnya informasi yang ada di otak kita membuat kita menjadi sulit untuk mengutarakan apa yang akan kita tulis. oleh karena itu, membaca menjadi sangat penting untuk menunjang kegiatan menulis. Karena dengan membaca seseoarang akan mendapat sebuah informasi, infomasi yang didapatkan akan dikerjakan oleh otak sehingga tercipta suatu gambaran secara umum mengenai informasi yang telah di baca. dari gambaran itulah seseorang akan mudah mengerjakan sebuah tulisan.

Menulis memang merupakan hal yang sulit karena mengutarakan informasi dari otak ke sebuah tulisan memang butuh proses yang panjang. Maka dari itulah alangkah lebih baiknya kita mulai kegiatan menulis dari sekarang. Contohnya, ketika kita selesai membaca alangkah baiknya kita menulis ringkasan ceritanya atau apapun yang berkaitan dengan bacaan itu. dari situlah kegiatan menulis dapat meningkat dengan sendirinya. Atau lebih mudahnya lagi kita dapat menulis suatu kejadian yang kita alami sehari - hari di catatan pribadi masing - masing (Catatan diary).


Begitu besar manfaat membaca untuk mengasah keterampilan menulis seseorang. Berikut saya mencoba menyajikannya untuk Anda:

  • Membaca memperluas wawasan
  • Membaca membantu melihat sudut pandang yang berbeda
  • Membaca membantu Anda belajar teknik menulis yang dipakai oleh orang yang lebih berpengalaman
  • Membaca membuat ide Anda melimpah
  • Membaca menjadikan otak dan pikiran Anda aktif
  • Membaca merangsang terbentuknya informasi baru di sistem daya ingat yang siap dipanggil kapan saja
  • Membaca membuat jalan pikiran Anda menjadi lebih lentur
  • Membaca memperkaya kosa kata, pilihan kalimat, dan cara penyajian yang bisa Anda pakai dalam menulis
  • Membaca membuat Anda mampu menganalisa, menghubungkan informasi yang terserak, dan melihat benang merah dari sebuah persoalan
  • Membaca membuat Anda punya bahan yang banyak untuk menuliskannya kembali

Dan masih banyak manfaat lain jika kita berusaha meneruskan daftar tersebut.
Dan jika Anda bertanya mengapa saya bisa menulis banyak artikel di blog ini, jawabannya karena saya suka membaca dan menuliskan kembali apa-apa yang pernah saya baca. Dengan cara ini saya memperluas wawasan sekaligus berbagi pengetahuan.

Jadi tunggu apa lagi? Mari kita budayakan giat membaca agar kita menjadi gemar dalam menulis dan berkarya untuk masyarakat.


Minggu, 20 November 2016

Proses Pembudayaan Melalui Internalisasi, Sosialisasi, Enkulturasi, Difusi, Akulturasi,dan Asimilasi.

INTERNALISASI
      Proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Di mana dia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Dari hari ke hari dalam kehidupannya, bertambahlah pengalaman seorang manusia mengenai bermacam-macam perasaan baru. Contohnya seseorang yang sudah dapat merasakan atau melontarkan perasaan sedih , kecewa ,maupun marah namun tak lupa dri proses untuk dapat dan mengenal bermacam erasaan baru . setiap manusia itu berkembang dari proses yang panjang yaitu dari anak-anak , remaja dan menjadi dewasa . Cara ia menangani masalah yang timbul di masa kanak-kanak maupun remaja yang masih memerlukan bantuan orang lain tidak sama dengan menangani masalah yang timbul saat dewasa.

SOSIALISASI
      Proses seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seorang anak telah di ajarkan sopan santun sejak dini , cara makan , ramah tamah dan lain-lain.

ENKULTURASI
      Seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kehidupannya. Sejak kecil proses ini sudah mulai tertanam dalam alam pikiran warga suatu masyarakat.Mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya,kemudian teman-teman bermainnya.Seorang individu akan belajar meniru berbagai macam tindakan. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya “dibudayakan”. Sebagai contoh misalnya saja ada sekelompok imigran yang menetap di Indonesia , maka kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah. Lama kelamaan nilai dan cara berprilaku kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur imigran tersebut .

DIFUSI
      Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke .individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Penyebarannya bersifat meniru Contohnya cara makan orang Eropa, makan menggunakan sendok yang ditiru oleh orang Indonesia .

AKULTURASI
      Redfield, Linton, Herskovits: Mengemukakan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok– kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya.
      Dr. Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa akulturasi adalah proses yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa , sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaa sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Contohnya perkembangan pembajakan sawah . Jika dahulu masyarakat menggunakan cangkul atau kerbau tetapi sekarang telah muncul kebudayaan baru yakni traktor.

ASIMILASI
      Asimilasi adalah proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya 2 kebudayaan sehingga kebudayaan lama hilang dan menjadi kebudayaan baru . Contohnya , perkawinan 2 suku yang berbeda . Misalnya saja perkawinan antara suku jawa dan melayu maka kedua suku ini akan saling membaur untuk mencipkan kebudayaan baru . Akantetapi jika dilihat di kenyataan munculnya kebudayaan baru dalam asimilasi ini sangat jarang dijumpai .

Selasa, 15 November 2016

Puisi Daun Hijau Oleh Ihsan Ayub

Apa yang suda dilakukan daun hijau
Adakah dia fokus pada amalanya
Atau langit biru yg selalu diimpikan.

Daun hijau masih segar tidak kering
Tetapi mengapa dia begitu sinting
Membiarkan diri kosong seperti batu

Tanpa tanah dia bukan siapa
Tanpa air dia hanyala sia-sia

Daun hijau membiarkan yang lain mengering
Mengambil semua tenaga yang diperlukan daun keriting

Dia menjadi begitu kejam
Sehingga lupa pada tanah dibawah
Sehingga dia lupa dia akan binasa

Imaginasi daun semakin melihat ke langit
Menjadikan daun hijau selfish
Membiar dirinya dipandang sinis

Akhirnya dia menjadi tidak bermaya
Lemah setiap masa
Membuatkan warnaya menjadi biasa
Seperti daun menunggu masa

Daun hijau jatuh gugur
Bersama daun cokelat yang lain
Dia menutup mata mengucap kalimah
Kepada tuhan dia meminta

Selasa, 07 Juni 2016

Kisah Bahagia yang Terpenjara

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam ketika seorang gadis kecil berambut jagung masih terjaga di dalam kamarnya. Dengan lincah tangan mungilnya menorehkan coretan-coretan tinta berbagai warna yang meriah pada selembar kertas putih yang polos. Hima, nama gadis cilik itu, terus saja menumpahkan segala imajinasi yang ia miliki, membuat sketsa-sketsa anime kegemarannya.
Setelah beberapa menit, kini sebuah gambar anime yang lucu telah tercipta dengan sempurna, setidaknya menurut Hima. Puas dengan hasil karyanya, ia menyunggingkan senyum manis di wajahnya yang innocent. Hima sedang mencari lem untuk menempelkan gambar itu di dinding kamarnya, ketika terdengar suara derit pintu yang terbuka.
“Hima, kau belum tidur sayang?” Seseorang bertanya dengan suaranya yang halus.
“Egh, Mama? Aku tidak bisa tidur.” Jawab Hima.
“Kenapa? Besok kan Hima harus sekolah.” Mama mendekat dan mengelus pucuk kepala putrinya yang masih berusia 8 tahun.
“hm, entahlah ma. Mungkin gara-gara tadi siang Hima minum kopi, makanya susah tidur.” Ucap Hima sekenanya. Ia sudah selesai menempel gambarnya. Mama tersenyum mendengar jawaban putrinya itu. Perhatiannya kini teralih pada sebuah gambar yang baru terpajang di sisi kamar.
“Wah, gambarnya bagus sekali sayang. Tapi sebaiknya kamu tidak menggambar itu di tengah malam seperti ini. Ayo, sekarang kamu tidur ya” Bujuknya pada Hima.
Setelah mengecup kening putrinya, mama berjalan keluar kamar. Di dalam kamar, mama menghela napas panjang, ia tahu betul putrinya itu sangat terobsesi dengan hal-hal yang berbau anime. Terutama serial anime “Naruto Shippuden” yang sering tayang di TV. Saking gemarnya, anaknya itu bahkan rela mengabaikan jam tidur berharga pun waktu bermain yang ia punya hanya untuk menggambar, membaca, atau menonton serial anime favoritnya itu.
Awalnya, mama berpikir itu hal yang biasa untuk anak seumuran Hima. Hanya saja, akhir-akhir ini ada hal aneh yang terjadi menurut mama. Sering ia mendengar Hima berbicara sendiri saat tengah malam, atau kadang dia juga terlihat mengajak berbicara kartun apapun yang ditemuinya. Di bungkus makanan, sampul buku, majalah anak, semua kartun yang ia lihat akan diajaknya berbicara. Tentu hal ini membuat mama khawatir, ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi psikis putri semata wayangnya.
Sementara itu di tempat lain..
“Hei kalian, bangunlah! Sudah aman.” Hima memegang beberapa lembar kertas yang berisi gambar anime. Diaturnya gambar tersebut di lantai kamarnya. Ekor matanya melirik jam dinding. ‘Masih pukul 12.25, setidaknya aku masih punya waktu untuk berkunjung ke Konoha.’ Ujarnya dalam hati.
Tak lama kemudian, terlihat kertas-kertas itu bergerak. Lalu gambar anime yang semula hanya terdiam mulai beranjak bangun dari pembaringannya di dalam kertas.
“Kau sudah siap Hima?” sesosok anime berhelaian pink dengan iris emerald yang indah berdiri di hadapan Hima.
“Tentu, Sakura! Aku sudah tidak sabar berkunjung kembali ke desa Konoha” Hima mendesis kecil. Takut suaranya terdengar oleh mama.
“Tch, cepat sedikit.. kita sudah tidak punya banyak waktu.” Ucap anime yang satunya lagi dengan wajah datar.
“Hey Sasuke, jangan sinis begitu donk!” Anime yang memiliki wajah serupa kucing ini dengan cengirannya yang lebar menepuk pundak sahabatnya.
“Kalau begitu ayo kita pergi sekarang. Sasuke, Naruto, kalian cepat buka jutsu penyegel dunia manusia!” Perintah sakura pada kedua rekannya.
“Baiklah, bersiaplah Sasuke!” Naruto, anime berambut mirip durian itu segera membuat beberapa gerakan jutsu penyegel.
“Hn” Sasuke menjawab dengan track-mard andalannya.
“Yora, pegang tanganku” Sakura meraih jemari Hima.
“RIKUDOU: CHIBAKU TENSEI NO JUTSUUU!!!” Teriak Naruto dan Sasuke bersamaan. Lalu sekelebat asap muncul seketika, membawa Hima dan ketiga sosok anime tersebut melesat melewati ruang waktu menuju ke sebuah dunia anime. Dunia yang tak pernah masuk ke alam rasional otak manusia.
Keesokan harinya, Hima menceritakan pengalamannya semalam dengan teman-teman sekelasnya. Dan hasilnya hanya suara teman-temannya yang tertawa mengejek. Mereka menyangka Hima sudah gila.
“Hei Hima, jangan karena kamu sangat menyukai anime malah kamu berubah menjadi pengkhayal tingkat dewa! Haha.. dasar aneh.” Ejek Sora sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
“Benar.. aku tidak bohong! Mereka itu benar-benar ada, dan hidup seperti kita” Hima melotot pada Sora. Sedang yang dipelototi hanya balas menatap sinis.
“Kalau mereka memang benar-benar nyata, mana buktinya Hima?!” Giliran Meta menginterogasi Hima.
“Ak-aku…” Kalimat Hima tidak diteruskan. Ia bingung memikirkan bukti apa yang harus ia dapatkan agar mereka bisa percaya.
“Sudahlah Hima, berhenti berkhayal yang tidak-tidak” Sora melirik ke arah Aoi, seakan meminta persetujuan.
Cukup sudah kesabaran Hima. Ia menggebrak meja dan keluar dari kelasnya, meninggalkan Sora dan Aoi yang menatapnya heran.
Malam harinya…
“Ada apa Hima, kau kelihatan sedih?” Sakura, anime cantik bersurai merah muda itu menatap Hima lembut.
“Egh? Tidak apa-apa” Yora memaksakan senyumnya.
“Hei Hima, jangan sedih gitu donk.. nanti aku traktir ramen deh” Naruto mendekat ke arah mereka. Baru dua langkah, ia menoleh ke arah Sasuke. Anime dengan model rambut emo yang mencuat ke belakang itu hanya diam di tempatnya. Seperti biasa, memasang wajah datar andalanya. Dingin dan tidak peduli.
“Hey, Sasuke.. jangan diam saja. Kemarilah” Ajak Naruto.
“…” Hening.
“Suuu..!! Cepat kemari..” Naruto mulai kesal.
“…” Masih hening. Tidak ada jawaban dari Sasuke.
“Naruto, biarkan saja.. dia itu sudah tuli, makanya tidak bisa mendengarmu” Sakura melirik ke arah Sasuke.
Mata hitam kelam milik Sasuke menatap tajam emerald hijau hutan. Sakura sedikit merinding di tatap seperti itu.
“Kalian sebaiknya kembali saja, aku tidak akan ikut” Hima berujar lirih.
“Loh kenapa?” Naruto membeo mendengar perkataan Hima.
“Sebenarnya ada apa Hima? Ceritakanlah, mungkin kami bisa membantu.” Dengan lembut, Sakura menggenggam jemari Hima.
Saat itu juga, sambil terisak Hima bercerita tentang masalahnya. Ia mengutarakan bagaimana ia merasa kesepian sebab tidak memiliki saudara. Setelah ayahnya meninggal, Hima hanya hidup berdua dengan Mamanya. Itulah sebabnya, setiap malam ia berdoa, berharap, semoga saja anime yang sering ditontonnya di TV bisa menjadi teman yang nyata baginya. Selain itu, mamanya jarang memerhatikan dirinya akibat pekerjaan. Harapan Hima tersebutlah yang kemudian didengar oleh penguasa dunia anime, sehingga memberi misi pada Naruto, Sasuke, dan Sakura untuk menemani Hima. Selain itu, Hima diperbolehkan mengunjungi dunia anime setiap malam minggu. Tapi tetap saja, semua itu didasarkan pada sebuah perjanjian yang mengharuskan Hima agar tidak membawa teman manusianya ke dunia anime. Dia juga tidak boleh memamerkan perihal keberadaan anime-anime tersebut pada orang lain. Ya, hanya Hima saja yang boleh tahu.
Naruto, Sasuke, dan Sakura hanya mengangguk-angguk mendengar cerita Hima. Sebelumnya, mereka tidak tahu awal mula misi ini. Mereka hanya tahu untuk menyelesaikan misi secepat mungkin, menemani Hima hingga batas waktu yang ditentukan. Terutama Sasuke, sejak semula ia tidak suka dengan misi ini. Tidak jelas, menurutnya. Barulah setelah Hima menjelaskan, mereka akhirnya mengerti mengapa di panggil ke dunia manusia.
“Hiks… hiks.. maaf.. maafkan aku. Tapi aku sudah melanggar perjanjian itu.” Ujar Hima sesenggukan.
“Memangnya apa yang kau lakukan?” Naruto merasa tidak mengerti.
“Aku.. aku.. ” Hima terdiam sesaat. “Aku telah memamerkan keberadaan kalian pada teman-temanku.. hikss.. hikss.”
“Kenapa kau melakukan itu Hima?” Sakura sedikit terkejut mendengar pengakuan gadis cilik itu.
“hn..sudah kuduga ini akan terjadi!” Sasuke merutuk kesal.
“Aku sebal.. aku merasa tidak berdaya setiap kali teman-teman mengejek bahwa aku sendirian, tanpa ada kawan. Mereka juga berkata aku ini sebaiknya berbicara dan berteman dengan boneka saja, aku tidak tahu kenapa mereka menghindariku. Semua itu membuatku benar-benar merasa sedih. Aku tidak punya teman yang bisa menghiburku. Karena itulah, setelah aku bertemu kalian, aku ingin menunjukkan pada mereka bahwa aku tidak sendirian lagi, aku sekarang sudah punya kawan, meskipun kalian bukanlah manusia, tapi aku merasa bersyukur bisa bertemu dengan anime favoritku.” Jelas Hima panjang lebar.
Tiba-tiba saja, Hokage sang penguasa desa Konohagakure muncul.
“Hima, aku mengerti perasaanmu. Tapi tetap saja kau telah melanggar kesepakatan yang kita buat. Untunglah teman-temanmu itu tidak mempercayai apa yang kau katakan, dan lagi, jangan pernah berfikir untuk mencari bukti bahwa kami memang benar-benar ada” Ucap Hokage bijaksana.
“Hokage-Sama, apa yang anda lakukan disini?” Naruto bertanya dengan raut wajah menunjukkan keterkejutan atas kedatangan hokage yang mendadak.
“Aku kemari hendak menngucapkan hal yang penting. Saat ini juga, misi kalian kunyatakan telah selesai. Dan kau Hima, sebagai hukuman atas perbuatanmu kau harus ikut kami menjadi anime dan tinggal bersama kami selamanya.” Hokage tiba-tiba mengerakkan tangannya dan merapal sebuah jurus penyegel.
“OIROKE NO JUTSUUUU…!!!” Dan mereka pun menghilang ditelan asap pekat.
Pagi yang cerah, matahari baru saja beranjak dari peraduannya. Memamerkan sinarnya yang berwarna jingga. Embun-embun masih bergelayut manja, menimbulkan suasana sejuk yang damai.
Mama baru saja bangun. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, ini adalah hari ulang tahun Hima. Segera saja ia bergerak ke kamar mandi untuk sekedar membasuh muka. Karena ini hari yang special, mama akan membuat masakan kesukaan Hima.
Biasanya, ia akan ke kamar Hima dan mengucapkan selamat pagi pada putrinya. Namun kali ini ia tidak melakukannya. Rencananya, ia akan memberikan kejutan pada Hima. Setelah semua hidangan siap, ia menuju ke kamar Hima untuk membangunkan buah hatinya.
Tok.. tokk.. tokk…
“…” Hening. Tidak terdengar suara Hima yang menyahut seperti biasa.
Mama memutuskan untuk membuka pintu kamar. Dreettt…
“Sayang.. ayo ba-…” Mama terkejut melihat Yora tidak di kamarnya. ‘kemana anak itu?’ batin mama. ‘hmm, mungkin lagi jogging’.
1 jam, 2 jam, 3 jam berlalu… tak ada tanda-tanda Hima akan pulang. Mama mulai gelisah. ‘kenapa Hima belum pulang juga ya?’ ucap mama khawatir.
Karena lelah menunggu, mama menyalakan televisi untuk menghibur diri.
Pip.. mama memencet tombol remote TV. Sekarang adalah waktu tayang serial anime Naruto Shippuden kesukaan Hima.
‘Hm.. Hima tidak mungkin lupa jam tayang serial ini. Tumben ia rela melewatkannya’.
Tiba-tiba, di tengah adegan mama melihat sosok anime berambut jagung persis seperti milik anaknya. Terlihat gadis cilik anime tersebut sedang memetik bunga dalam adegan. Dan betapa mama terpekik kaget, ketika anime tersebut menatap tepat ke arahnya. Wajahnya benar-benar mirip Hima!. Terlebih lagi, gadis itu seperti sedang mengajak mama berbicara. Wajahnya menatap nanar ke arah layar. Matanya berkaca-kaca menahan pedih.
“Mama, ini Hima ma.. maaf Hima tidak sempat pamit sama mama. Aku sayang mama. Aku pasti akan merindukan mama. Jaga diri mama baik-baik ya, maaf kalau Hima tidak bisa menjadi anak yang baik untuk mama. Hima tidak akan pernah pulang lagi, sebab Hima harus menjalani hukuman. Tapi mama tenang saja, Hima tidak akan melupakan mama. Kalau mama rindu, mama bisa menonton serial ini, Hima pasti akan ada di dalamnya. Sampai jumpa ma… aku sayang mama.. hiks.. hiks…”
Setelah itu, gadis kecil anime itu melambaikan tangan. Dan tiba-tiba adegan beralih pada sosok anime yang lain.
“TIdaaakkkk!!!! Himaaaa… jangan tinggalkan mama nak! Hikss.. hikss.. Yora.. hikss.. jangan tinggalkan mama.” Mama histeris melihat kenyataan yang terpampang di depan matanya. Ia sangat terpukul kehilangan putri satu-satunya.
Sementara itu di tempat lain…
“Hikss.. ternyata dia benar.. ”
“Maafkan kami Hima.. ”
Sora dan Aoi, sahabat Hima menahan tangis.. mereka juga menyaksikan Hima di dalam layar. Mereka menyesal tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Hima kembali ke dunia manusia.
Ya, semuanya sudah terjadi. Kini Hima harus menerima kehidupannya yang baru. Bagi orang lain, tayangan serial anime tadi hanyalah sebuah adegan biasa. Dan nyatanya, hanya Sora, Aoi, dan Mama yang tahu tentang kejadian yang dialami Hima. Untuk menutupi dari pandangan umum, mereka kompak mengatakan Hima pindah keluar negeri mengikuti neneknya.
Sekarang tinggallah mama sendiri, tapi ia berusaha tegar.
‘Hima, mama merindukanmu’ gumamnya lirih. Ia lalu teritidur. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Hima. Saat itu Hima memberikannya sebuah cincin permata.
Mama lalu tersentak, terbangun dari tidurnya. Mimpi tadi terasa sangat nyata. Tiba-tiba sebuah benda berkilauan menyilaukan matanya.
“hah? Sebuah cincin?!” Mama terlohok tidak percaya. Cincin pemberian Hima di alam mimpi nampak melingkar di jari manisnya. Berpendar, berkilauan memantulkan cahaya yang sangat indah dari sebuah permata putih. Mama kembali menitikkan air mata, teringat akan Hima.
Sebuah bisikan halus di telinganya membuat mama sedikit merinding.

“Ma.. mereka benar-benar ada!!..”