Komunikasi memiliki makna hubungan. Komunikasi
antarmanusia dapat diartikan sebagai hubungan antarsesama dengan cara
mengirim dan menerima pesan dengan menggunakan alat berupa bahasa. Di
dalam kegiatan komunikasi itu, manusia menyampaikan pikiran dan
perasaannya kepada mitra bicaranya. Pengirim atau penyampai pesan,
pikiran/ide/gagasan itu disebut komunikator, sedangkan penerima pesan
disebut komunikan. Dengan kata lain, penyampai pesan atau pembicara
disebut komunikator dan penerima pesan atau penyimak disebut komunikan.
Banyak orang berpendapat bahwa menyimak merupakan kegiatan yang
bersifat pasif. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa fisik seseorang
yang sedang menyimak tidak menunjukkan kegiatan yang aktif atau
melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh. Ini merupakan suatu pandangan
yang keliru bila menafsirkan suatu kegiatan yang bersifat aktif dengan cara
memandang ada atau tidaknya suatu gerakan fisik yang tampak.
Suatu kegiatan dikatakan aktif sebenarnya didahului oleh kegiatan
mental. Fisik seseorang bergerak juga didasari oleh kegiatan mental tersebut.
Seorang anak yang kurang menggerakkan anggota badannya, tetapi dia
cerdas, tidak dapat dikatakan bahwa dia seorang anak yang pasif. Jadi, bila
ada siswa Anda yang sedikit sekali menggerakkan anggota badannya jangan
memvonis bahwa siswa tersebut pasif walaupun tidak berarti boleh
membiarkan hal itu terus berlangsung.
Demikian pula halnya dengan kegiatan berbahasa. Dalam menyimak dan
membaca, seseorang memang tidak dituntut untuk mengaktifkan
psikomotornya, tetapi bukan berarti aspek-aspek mentalnya pun tidak ikut
aktif. Dalam memahami pesan yang disimaknya, penyimak harus
mengaktifkan syaraf-syaraf otak dengan sungguh-sungguh untuk mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan yang ada dan menghubungkannya
dengan bahan simakan sehingga dapat menangkap pesan yang disampaikan
pembicara.
Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi
yang disertai dengan usaha memahami. Ini berarti bahwa menyimak diawali
dengan kegiatan mendengarkan yang pada akhirnya penyimak memperoleh
hasil dari apa yang disimaknya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan
yang memerlukan proses karena dalam proses menyimak minimal melalui
tahapan-tahapan mendengarkan, memahami, dan menafsirkan. Dengan
demikian, menyimak dapat dipandang sebagai kegiatan mental. Itulah
sebabnya menyimak dikatakan bersifat aktif-reseptif.
Sehubungan dengan menyimak sebagai suatu proses,
para ahli umumnya sependapat bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang
memerlukan proses. Loban dkk., dalam Tarigan (1986) membagi menyimak
atas 3 aspek, yaitu comprehending (memahami), interpreting
(menginterpretasikan), dan evaluating (menilai atau mengevaluasi).
Sedangkan Logan, dkk. (1972:39) membagi tahap-tahap menyimak
menjadi 4 sebagai berikut.
1. Hearing (mendengar).
2. Understanding (memahami).
3. Evaluating (menilai).
4. Responding (mereaksi).
Ahli lain, yaitu Morris (1964: 701 -702) membagi proses menyimak
menjadi 5 tahap sebagai berikut.
1. Hearing (mendengar).
2. Attention (perhatian).
3. Perception (menafsirkan).
4. Evaluation (menilai).
5. Response atau reaction (mereaksi).
Penjelasan tahap-tahap menyimak tersebut dapat dirangkum, seperti
berikut ini.
1. Tahap Mendengar
Pada tahap ini penyimak baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran-ujaran atau pembicaraannya.
2. Tahap Memahami
Setelah ujaran-ujaran masuk ke telinga, penyimak berusaha untuk memahami isi ujaran atau pembicaraan dengan cara mengolah bunyi-bunyi bahasa menjadi satuan bahasa yang bermakna.
3. Tahap Menginterpretasi
Setelah penyimak memahami makna ujaran pembicara, penyimak berusaha untuk menafsirkan isi atau maksud pembicaraan. Apakah ujaran bermakna tersurat atau ada makna tersirat di balik ujaran-ujarannya. Jelasnya penyimak mengerti makna dan maksud yang terkandung dalam pembicaraan tersebut
4. Tahap Mengevaluasi
Tahap menginterpretasi atau menafsirkan dilanjutkan dengan tahap menilai atau mengevaluasi. Penyimak yang baik tidak asal menerima apa-apa yang disimaknya, tetapi dia akan menilai di mana keunggulan dan kelemahan, kebaikan, dan kekurangan sang pembicara sehingga pesan, gagasan, atau pendapat pembicara dianggapnya pantas untuk diterima atau harus ditolaknya.
5. Tahap Menanggapi
Tahap menanggapi merupakan tahap yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Di sini, penyimak mulai menggunakan kesempatan untuk berganti peran dengan pembicara. Pada tahap ini, penyimak mengungkapkan hasil akhir dari kegiatan menyimaknya. Penyimak akan mengatakan setuju atau tidak setuju atas isi pembicaraan yang diujarkan pembicara.
Untuk sampai pada tahap menyimak yang lebih tinggi tingkatannya.
Michael Rost (1991: 4 - 5) menuliskan bahwa seorang penyimak harus
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membedakan bunyi-bunyi.
2. Membentuk suku-suku kata menjadi kata.
3. Mengidentifikasi kelompok-kelompok kata.
4. Mengidentifikasi unsur-unsur pragmatik, seperti ekspresi, teman bicara,
tempat, waktu, dan tujuan.
5. Memperhatikan aspek-aspek linguistik dan paralinguistik (intonasi atau
tekanan) dan aspek-aspek di luar linguistik.
6. Memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan
dengan isi ujaran yang sedang disimak sehingga dapat memprediksi dan
menangkap makna dengan tepat.
7. Memahami kata-kata dan gagasan atau ide-ide pokok yang disampaikan
secara tersurat maupun tersirat.
Lebih lanjut Rost menjelaskan bahwa seseorang dikatakan berhasil
dalam menyimak jika dia mampu menghubungkan/menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut. Kemampuan di atas dikelompokkan
menjadi 3 sebagai berikut.
1. Kemampuan memahami.
2. Kemampuan menganalisis.
3. Kemampuan mengidentifikasi.
Kemampuan-kemampuan tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 1.7
Masih dalam pembahasan menyimak sebagai suatu proses, Tarigan memberi penjelasan sebagai berikut. Seseorang yang terlibat dalam
kegiatan/proses menyimak akan menggunakan paling sedikit 3 kemampuan.
Pertama, kemampuan memusatkan perhatian. Kemampuan ini digunakan
untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang sudah
diidentifikasi ini perlu ditafsirkan dengan menggunakan kemampuan
kebahasaan (linguistik), kemampuan ini merupakan kemampuan kedua yang
harus dimiliki seorang penyimak. Sesudah menafsirkan makna, makna
tersebut perlu diuji atau dipertimbangkan. Dalam menguji dan
mempertimbangkan makna, penyimak perlu memiliki kemampuan ketiga,
yaitu kemampuan menilai atau memverifikasi. Apabila proses ini selesai
maka sampailah pada kemampuan terakhir, yaitu menentukan sikap, menolak
atau menerima makna yang terkandung dalam bunyi-bunyi bahasa tersebut
yang telah membentuk menjadi gagasan yang utuh dan bermakna.
Dari seluruh uraian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menyimak, penyimak perlu memiliki kemampuan:
1. memusatkan perhatian;
2. menangkap bunyi;
3. mengingat;
4. linguistik;
5. nonlinguistik;
6. menilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar