Waktu
sudah menunjukkan pukul 12.00 malam ketika seorang gadis kecil berambut jagung
masih terjaga di dalam kamarnya. Dengan lincah tangan mungilnya menorehkan
coretan-coretan tinta berbagai warna yang meriah pada selembar kertas putih
yang polos. Hima, nama gadis cilik itu, terus saja menumpahkan segala imajinasi
yang ia miliki, membuat sketsa-sketsa anime kegemarannya.
Setelah
beberapa menit, kini sebuah gambar anime yang lucu telah tercipta dengan sempurna,
setidaknya menurut Hima. Puas dengan hasil karyanya, ia menyunggingkan senyum
manis di wajahnya yang innocent. Hima
sedang mencari lem untuk menempelkan gambar itu di dinding kamarnya, ketika
terdengar suara derit pintu yang terbuka.
“Hima, kau
belum tidur sayang?” Seseorang bertanya dengan suaranya yang halus.
“Egh,
Mama? Aku tidak bisa tidur.” Jawab Hima.
“Kenapa?
Besok kan Hima harus sekolah.” Mama mendekat dan mengelus pucuk kepala putrinya
yang masih berusia 8 tahun.
“hm,
entahlah ma. Mungkin gara-gara tadi siang Hima minum kopi, makanya susah tidur.”
Ucap Hima sekenanya. Ia sudah selesai menempel gambarnya. Mama tersenyum
mendengar jawaban putrinya itu. Perhatiannya kini teralih pada sebuah gambar
yang baru terpajang di sisi kamar.
“Wah,
gambarnya bagus sekali sayang. Tapi sebaiknya kamu tidak menggambar itu di
tengah malam seperti ini. Ayo, sekarang kamu tidur ya” Bujuknya pada Hima.
Setelah
mengecup kening putrinya, mama berjalan keluar kamar. Di dalam kamar, mama
menghela napas panjang, ia tahu betul putrinya itu sangat terobsesi dengan
hal-hal yang berbau anime. Terutama serial anime “Naruto Shippuden” yang sering
tayang di TV. Saking gemarnya, anaknya itu bahkan rela mengabaikan jam tidur
berharga pun waktu bermain yang ia punya hanya untuk menggambar, membaca, atau
menonton serial anime favoritnya itu.
Awalnya,
mama berpikir itu hal yang biasa untuk anak seumuran Hima. Hanya saja,
akhir-akhir ini ada hal aneh yang terjadi menurut mama. Sering ia mendengar
Hima berbicara sendiri saat tengah malam, atau kadang dia juga terlihat
mengajak berbicara kartun apapun yang ditemuinya. Di bungkus makanan, sampul
buku, majalah anak, semua kartun yang ia lihat akan diajaknya berbicara. Tentu
hal ini membuat mama khawatir, ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi
psikis putri semata wayangnya.
Sementara
itu di tempat lain..
“Hei kalian,
bangunlah! Sudah aman.” Hima memegang beberapa lembar kertas yang berisi gambar
anime. Diaturnya gambar tersebut di lantai kamarnya. Ekor matanya melirik jam
dinding. ‘Masih pukul 12.25, setidaknya aku masih punya waktu untuk berkunjung ke
Konoha.’ Ujarnya dalam hati.
Tak lama
kemudian, terlihat kertas-kertas itu bergerak. Lalu gambar anime yang semula
hanya terdiam mulai beranjak bangun dari pembaringannya di dalam kertas.
“Kau sudah siap Hima?” sesosok anime berhelaian pink dengan iris emerald yang indah berdiri di hadapan Hima.
“Kau sudah siap Hima?” sesosok anime berhelaian pink dengan iris emerald yang indah berdiri di hadapan Hima.
“Tentu,
Sakura! Aku sudah tidak sabar berkunjung kembali ke desa Konoha” Hima mendesis
kecil. Takut suaranya terdengar oleh mama.
“Tch,
cepat sedikit.. kita sudah tidak punya banyak waktu.” Ucap anime yang satunya
lagi dengan wajah datar.
“Hey
Sasuke, jangan sinis begitu donk!” Anime yang memiliki wajah serupa kucing ini
dengan cengirannya yang lebar menepuk pundak sahabatnya.
“Kalau
begitu ayo kita pergi sekarang. Sasuke, Naruto, kalian cepat buka jutsu
penyegel dunia manusia!” Perintah sakura pada kedua rekannya.
“Baiklah,
bersiaplah Sasuke!” Naruto, anime berambut mirip durian itu segera membuat beberapa
gerakan jutsu penyegel.
“Hn”
Sasuke menjawab dengan track-mard andalannya.
“Yora,
pegang tanganku” Sakura meraih jemari Hima.
“RIKUDOU:
CHIBAKU TENSEI NO JUTSUUU!!!” Teriak Naruto dan Sasuke bersamaan. Lalu
sekelebat asap muncul seketika, membawa Hima dan ketiga sosok anime tersebut
melesat melewati ruang waktu menuju ke sebuah dunia anime. Dunia yang tak
pernah masuk ke alam rasional otak manusia.
Keesokan
harinya, Hima menceritakan pengalamannya semalam dengan teman-teman sekelasnya.
Dan hasilnya hanya suara teman-temannya yang tertawa mengejek. Mereka menyangka
Hima sudah gila.
“Hei Hima,
jangan karena kamu sangat menyukai anime malah kamu berubah menjadi pengkhayal
tingkat dewa! Haha.. dasar aneh.” Ejek Sora sambil menyilangkan kedua tangannya
di dada.
“Benar..
aku tidak bohong! Mereka itu benar-benar ada, dan hidup seperti kita” Hima
melotot pada Sora. Sedang yang dipelototi hanya balas menatap sinis.
“Kalau mereka memang benar-benar nyata, mana buktinya Hima?!” Giliran Meta menginterogasi Hima.
“Kalau mereka memang benar-benar nyata, mana buktinya Hima?!” Giliran Meta menginterogasi Hima.
“Ak-aku…”
Kalimat Hima tidak diteruskan. Ia bingung memikirkan bukti apa yang harus ia
dapatkan agar mereka bisa percaya.
“Sudahlah
Hima, berhenti berkhayal yang tidak-tidak” Sora melirik ke arah Aoi, seakan
meminta persetujuan.
Cukup
sudah kesabaran Hima. Ia menggebrak meja dan keluar dari kelasnya, meninggalkan
Sora dan Aoi yang menatapnya heran.
Malam
harinya…
“Ada apa
Hima, kau kelihatan sedih?” Sakura, anime cantik bersurai merah muda itu
menatap Hima lembut.
“Egh?
Tidak apa-apa” Yora memaksakan senyumnya.
“Hei Hima,
jangan sedih gitu donk.. nanti aku traktir ramen deh” Naruto mendekat ke arah
mereka. Baru dua langkah, ia menoleh ke arah Sasuke. Anime dengan model rambut
emo yang mencuat ke belakang itu hanya diam di tempatnya. Seperti biasa,
memasang wajah datar andalanya. Dingin dan tidak peduli.
“Hey,
Sasuke.. jangan diam saja. Kemarilah” Ajak Naruto.
“…”
Hening.
“Suuu..!!
Cepat kemari..” Naruto mulai kesal.
“…” Masih
hening. Tidak ada jawaban dari Sasuke.
“Naruto,
biarkan saja.. dia itu sudah tuli, makanya tidak bisa mendengarmu” Sakura
melirik ke arah Sasuke.
Mata hitam
kelam milik Sasuke menatap tajam emerald hijau hutan. Sakura sedikit merinding
di tatap seperti itu.
“Kalian
sebaiknya kembali saja, aku tidak akan ikut” Hima berujar lirih.
“Loh
kenapa?” Naruto membeo mendengar perkataan Hima.
“Sebenarnya
ada apa Hima? Ceritakanlah, mungkin kami bisa membantu.” Dengan lembut, Sakura
menggenggam jemari Hima.
Saat itu
juga, sambil terisak Hima bercerita tentang masalahnya. Ia mengutarakan
bagaimana ia merasa kesepian sebab tidak memiliki saudara. Setelah ayahnya
meninggal, Hima hanya hidup berdua dengan Mamanya. Itulah sebabnya, setiap
malam ia berdoa, berharap, semoga saja anime yang sering ditontonnya di TV bisa
menjadi teman yang nyata baginya. Selain itu, mamanya jarang memerhatikan
dirinya akibat pekerjaan. Harapan Hima tersebutlah yang kemudian didengar oleh
penguasa dunia anime, sehingga memberi misi pada Naruto, Sasuke, dan Sakura
untuk menemani Hima. Selain itu, Hima diperbolehkan mengunjungi dunia anime
setiap malam minggu. Tapi tetap saja, semua itu didasarkan pada sebuah perjanjian
yang mengharuskan Hima agar tidak membawa teman manusianya ke dunia anime. Dia
juga tidak boleh memamerkan perihal keberadaan anime-anime tersebut pada orang
lain. Ya, hanya Hima saja yang boleh tahu.
Naruto,
Sasuke, dan Sakura hanya mengangguk-angguk mendengar cerita Hima. Sebelumnya,
mereka tidak tahu awal mula misi ini. Mereka hanya tahu untuk menyelesaikan misi
secepat mungkin, menemani Hima hingga batas waktu yang ditentukan. Terutama
Sasuke, sejak semula ia tidak suka dengan misi ini. Tidak jelas, menurutnya.
Barulah setelah Hima menjelaskan, mereka akhirnya mengerti mengapa di panggil
ke dunia manusia.
“Hiks…
hiks.. maaf.. maafkan aku. Tapi aku sudah melanggar perjanjian itu.” Ujar Hima
sesenggukan.
“Memangnya
apa yang kau lakukan?” Naruto merasa tidak mengerti.
“Aku..
aku.. ” Hima terdiam sesaat. “Aku telah memamerkan keberadaan kalian pada teman-temanku..
hikss.. hikss.”
“Kenapa kau
melakukan itu Hima?” Sakura sedikit terkejut mendengar pengakuan gadis cilik
itu.
“hn..sudah
kuduga ini akan terjadi!” Sasuke merutuk kesal.
“Aku
sebal.. aku merasa tidak berdaya setiap kali teman-teman mengejek bahwa aku
sendirian, tanpa ada kawan. Mereka juga berkata aku ini sebaiknya berbicara dan
berteman dengan boneka saja, aku tidak tahu kenapa mereka menghindariku. Semua
itu membuatku benar-benar merasa sedih. Aku tidak punya teman yang bisa
menghiburku. Karena itulah, setelah aku bertemu kalian, aku ingin menunjukkan
pada mereka bahwa aku tidak sendirian lagi, aku sekarang sudah punya kawan,
meskipun kalian bukanlah manusia, tapi aku merasa bersyukur bisa bertemu dengan
anime favoritku.” Jelas Hima panjang lebar.
Tiba-tiba saja, Hokage sang penguasa desa Konohagakure muncul.
Tiba-tiba saja, Hokage sang penguasa desa Konohagakure muncul.
“Hima, aku
mengerti perasaanmu. Tapi tetap saja kau telah melanggar kesepakatan yang kita
buat. Untunglah teman-temanmu itu tidak mempercayai apa yang kau katakan, dan
lagi, jangan pernah berfikir untuk mencari bukti bahwa kami memang benar-benar
ada” Ucap Hokage bijaksana.
“Hokage-Sama,
apa yang anda lakukan disini?” Naruto bertanya dengan raut wajah menunjukkan
keterkejutan atas kedatangan hokage yang mendadak.
“Aku
kemari hendak menngucapkan hal yang penting. Saat ini juga, misi kalian kunyatakan
telah selesai. Dan kau Hima, sebagai hukuman atas perbuatanmu kau harus ikut
kami menjadi anime dan tinggal bersama kami selamanya.” Hokage tiba-tiba
mengerakkan tangannya dan merapal sebuah jurus penyegel.
“OIROKE NO
JUTSUUUU…!!!” Dan mereka pun menghilang ditelan asap pekat.
Pagi yang
cerah, matahari baru saja beranjak dari peraduannya. Memamerkan sinarnya yang
berwarna jingga. Embun-embun masih bergelayut manja, menimbulkan suasana sejuk
yang damai.
Mama baru
saja bangun. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, ini adalah hari ulang tahun
Hima. Segera saja ia bergerak ke kamar mandi untuk sekedar membasuh muka.
Karena ini hari yang special, mama akan membuat masakan kesukaan Hima.
Biasanya,
ia akan ke kamar Hima dan mengucapkan selamat pagi pada putrinya. Namun kali
ini ia tidak melakukannya. Rencananya, ia akan memberikan kejutan pada Hima.
Setelah semua hidangan siap, ia menuju ke kamar Hima untuk membangunkan buah
hatinya.
Tok..
tokk.. tokk…
“…” Hening.
Tidak terdengar suara Hima yang menyahut seperti biasa.
Mama memutuskan untuk membuka pintu kamar. Dreettt…
Mama memutuskan untuk membuka pintu kamar. Dreettt…
“Sayang..
ayo ba-…” Mama terkejut melihat Yora tidak di kamarnya. ‘kemana anak itu?’
batin mama. ‘hmm, mungkin lagi jogging’.
1 jam, 2
jam, 3 jam berlalu… tak ada tanda-tanda Hima akan pulang. Mama mulai gelisah. ‘kenapa
Hima belum pulang juga ya?’ ucap mama khawatir.
Karena
lelah menunggu, mama menyalakan televisi untuk menghibur diri.
Pip.. mama memencet tombol remote TV. Sekarang adalah waktu tayang serial anime Naruto Shippuden kesukaan Hima.
Pip.. mama memencet tombol remote TV. Sekarang adalah waktu tayang serial anime Naruto Shippuden kesukaan Hima.
‘Hm.. Hima
tidak mungkin lupa jam tayang serial ini. Tumben ia rela melewatkannya’.
Tiba-tiba, di tengah adegan mama melihat sosok anime berambut jagung persis seperti milik anaknya. Terlihat gadis cilik anime tersebut sedang memetik bunga dalam adegan. Dan betapa mama terpekik kaget, ketika anime tersebut menatap tepat ke arahnya. Wajahnya benar-benar mirip Hima!. Terlebih lagi, gadis itu seperti sedang mengajak mama berbicara. Wajahnya menatap nanar ke arah layar. Matanya berkaca-kaca menahan pedih.
Tiba-tiba, di tengah adegan mama melihat sosok anime berambut jagung persis seperti milik anaknya. Terlihat gadis cilik anime tersebut sedang memetik bunga dalam adegan. Dan betapa mama terpekik kaget, ketika anime tersebut menatap tepat ke arahnya. Wajahnya benar-benar mirip Hima!. Terlebih lagi, gadis itu seperti sedang mengajak mama berbicara. Wajahnya menatap nanar ke arah layar. Matanya berkaca-kaca menahan pedih.
“Mama, ini
Hima ma.. maaf Hima tidak sempat pamit sama mama. Aku sayang mama. Aku pasti akan
merindukan mama. Jaga diri mama baik-baik ya, maaf kalau Hima tidak bisa
menjadi anak yang baik untuk mama. Hima tidak akan pernah pulang lagi, sebab
Hima harus menjalani hukuman. Tapi mama tenang saja, Hima tidak akan melupakan
mama. Kalau mama rindu, mama bisa menonton serial ini, Hima pasti akan ada di
dalamnya. Sampai jumpa ma… aku sayang mama.. hiks.. hiks…”
Setelah
itu, gadis kecil anime itu melambaikan tangan. Dan tiba-tiba adegan beralih
pada sosok anime yang lain.
“TIdaaakkkk!!!!
Himaaaa… jangan tinggalkan mama nak! Hikss.. hikss.. Yora.. hikss.. jangan
tinggalkan mama.” Mama histeris melihat kenyataan yang terpampang di depan
matanya. Ia sangat terpukul kehilangan putri satu-satunya.
Sementara
itu di tempat lain…
“Hikss..
ternyata dia benar.. ”
“Maafkan
kami Hima.. ”
Sora dan
Aoi, sahabat Hima menahan tangis.. mereka juga menyaksikan Hima di dalam layar.
Mereka menyesal tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Hima kembali ke dunia
manusia.
Ya, semuanya
sudah terjadi. Kini Hima harus menerima kehidupannya yang baru. Bagi orang
lain, tayangan serial anime tadi hanyalah sebuah adegan biasa. Dan nyatanya,
hanya Sora, Aoi, dan Mama yang tahu tentang kejadian yang dialami Hima. Untuk
menutupi dari pandangan umum, mereka kompak mengatakan Hima pindah keluar
negeri mengikuti neneknya.
Sekarang
tinggallah mama sendiri, tapi ia berusaha tegar.
‘Hima, mama merindukanmu’ gumamnya lirih. Ia lalu teritidur. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Hima. Saat itu Hima memberikannya sebuah cincin permata.
Mama lalu tersentak, terbangun dari tidurnya. Mimpi tadi terasa sangat nyata. Tiba-tiba sebuah benda berkilauan menyilaukan matanya.
‘Hima, mama merindukanmu’ gumamnya lirih. Ia lalu teritidur. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Hima. Saat itu Hima memberikannya sebuah cincin permata.
Mama lalu tersentak, terbangun dari tidurnya. Mimpi tadi terasa sangat nyata. Tiba-tiba sebuah benda berkilauan menyilaukan matanya.
“hah?
Sebuah cincin?!” Mama terlohok tidak percaya. Cincin pemberian Hima di alam
mimpi nampak melingkar di jari manisnya. Berpendar, berkilauan memantulkan
cahaya yang sangat indah dari sebuah permata putih. Mama kembali menitikkan air
mata, teringat akan Hima.
Sebuah
bisikan halus di telinganya membuat mama sedikit merinding.
“Ma..
mereka benar-benar ada!!..”